Swedish Consulate – Pap smear adalah tes yang digunakan untuk memeriksa kondisi sel pada leher rahim. Dengan pemeriksaan ini, kita bisa mendeteksi kelainan sebelum berpotensi berkembang menjadi kanker, seperti yang dijelaskan oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan onkologi, Muhammad Yusuf.
Idealnya, sebaiknya dilakukan oleh semua wanita yang telah menikah dan aktif secara seksual.
Prosedur Pap Smear
Bagi Anda yang khawatir, tidak perlu takut. Proses pap smear hanya memerlukan waktu singkat. Selama pemeriksaan, dokter kandungan akan mengambil sedikit sampel jaringan dari leher rahim untuk diperiksa di laboratorium.
Perlu dicatat bahwa hasil yang abnormal tidak selalu berarti wanita tersebut mengidap kanker, tetapi perlu diikuti dengan pemeriksaan lebih lanjut.
“Baca juga: Mahasiswa Harvard Ungkap Potensi Doxing dengan Teknologi Kacamata Pintar”
Tiga Syarat Sebelum Melakukan
Sebelum menjalani pap smear, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan, meskipun tidak terlalu rumit. Namun bisa dilakukan jika perempuan memenuhi tiga syarat berikut:
- Tidak melakukan hubungan seksual selama dua hari.
- Tidak menggunakan pembersih kewanitaan selama tiga hari.
- Tidak sedang menstruasi.
Anjuran Frekuensi
Lalu, berapa kali dan kapan sebaiknya dilakukan? Yusuf menjelaskan bahwa ini tergantung pada kondisi pasien. Untuk wanita yang aktif secara seksual, disarankan untuk melakukan setiap tiga tahun sekali jika tidak ada gejala atau keluhan.
Namun, jika terdapat risiko tinggi, maka perlu dilakukan setiap tahun.
“Jika dokter menemukan gejala dengan risiko tinggi, disarankan untuk melakukan pap smear setiap tahun,” ungkap Yusuf, yang berpraktik di Eka Hospital BSD.
Bagi wanita hamil, jika tidak ada kelainan, dapat dilakukan setelah melahirkan, minimal tiga bulan setelah persalinan.
Kombinasi Tes DNA HPV
Seiring dengan kemajuan teknologi medis, beberapa rumah sakit kini menawarkan pemeriksaan kanker serviks secara dini melalui co-testing. Ini adalah versi terbaru dari pemeriksaan pap smear konvensional yang memberikan hasil lebih akurat dan telah banyak diterapkan di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Co-testing merupakan metode yang menggabungkan pemeriksaan tes DNA HPV.
“Dengan tes DNA HPV, kita dapat mendeteksi keberadaan virus HPV dalam tubuh, sementara pemeriksaan pap smear berfungsi untuk mendeteksi sel-sel abnormal pada leher rahim yang berpotensi menjadi kanker,” jelas Yusuf.
“Simak juga: Produk Lokal Menjadi Pilihan Utama Masyarakat”
Deteksi Kanker pada Stadium Lebih Awal
Dengan demikian, metode co-testing dapat membantu dokter mendeteksi kanker pada stadium awal lebih baik dibandingkan hanya dengan tes saja.
Untuk menjaga kesehatan kewanitaan, penting untuk tidak mengabaikan pemeriksaan pap smear. Tindakan pencegahan adalah kunci dalam menjaga kesehatan. Melakukan secara rutin dapat membantu mendeteksi kanker serviks sejak dini dan mencegah konsekuensi fatal yang dapat mengancam jiwa.