Swedish Consulate – Deteksi dini merupakan langkah penting untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara. Sayangnya, hanya lima persen perempuan Indonesia yang mengetahui metode pemeriksaan dini seperti ultrasonografi (USG) dan mamografi, berdasarkan data BMC Cancer 2018.
Angka ini mencerminkan banyaknya kasus kanker payudara di Indonesia yang sudah mencapai stadium lanjut. Hal ini disampaikan oleh Ketua Scientific Indonesia International Cancer Conference (IICC) 2024, Profesor DR dr Soehartati Gondhowiardjo SpOnk Rad (K).
“Sebagian besar pasien kanker yang mendapatkan terapi sudah dalam stadium lanjut,” kata Tati, sapaan akrabnya, dalam sesi IICC 2024 bersama GE Healthcare di Bali.
“Baca juga: Pengembangan Game Skull and Bones Menghabiskan Dana Hingga Rp 10 Triliun”
Padahal, deteksi dini melalui pemeriksaan payudara sendiri, USG, dan mamografi dapat meningkatkan peluang kesembuhan secara signifikan. “Deteksi dini dapat meningkatkan keberhasilan penanganan kanker payudara hingga 43% jika pasien secara rutin melakukan pemeriksaan dan menghindari faktor risiko,” tambah Tati dalam keterangan pers yang diterima pada Jumat, 4 Oktober 2024.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh dokter spesialis radiologi konsultan payudara dan reproduksi perempuan, Kardinah. Menurutnya, jika kanker payudara terdeteksi dini dan mendapatkan terapi yang tepat, angka kesembuhannya cukup tinggi.
“Deteksi dini sangat penting. Jika kanker payudara terdeteksi pada stadium awal dan diobati dengan benar, tingkat kesembuhannya bisa mencapai 80-90%,” jelas Kardinah.
Kapan Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara?
Kardinah menyarankan agar salah satu cara deteksi dini dilakukan melalui SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) setiap bulan mulai usia 20 tahun.
“Menurut American Cancer Society, SADARI sebaiknya dilakukan setelah menstruasi (hari ke-10) dan dilakukan setiap bulan,” ungkap Kardinah.
Selain itu, bagi perempuan berusia 40 tahun ke atas, pemeriksaan payudara secara klinis (SADANIS) juga sangat dianjurkan. Pemeriksaan USG dan mamografi sebaiknya dilakukan setiap 1-2 tahun sekali.
“Perempuan Indonesia sebaiknya tidak melewatkan deteksi dini dengan SADARI dan SADANIS di fasilitas kesehatan terdekat. Ikuti rekomendasi dokter untuk menjalani mamografi jika berusia di atas 40 tahun,” imbau Kardinah.
Peningkatan Pengetahuan Tenaga Kesehatan
Selain mendorong masyarakat untuk aktif dalam deteksi dini kanker payudara, peningkatan pengetahuan dan keahlian tenaga kesehatan juga sangat penting. Tati menekankan perlunya tenaga kesehatan untuk meningkatkan kemampuan dalam deteksi dini dan penanganan pasien kanker payudara, termasuk pengoperasian teknologi yang digunakan.
“Dengan pengetahuan yang diperbarui dan adaptasi terhadap teknologi terbaru, saya optimis Indonesia bisa menurunkan angka kejadian kanker payudara,” ujarnya.
Dalam sesi Breast Screening Workshop yang difasilitasi GE Healthcare di IICC 2024. Kardinah juga mensosialisasikan pedoman mamografi sebagai panduan bagi dokter radiologi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan.
Sebanyak 300 alat mamografi juga dibagikan ke rumah sakit di Indonesia. Sehingga dokter radiologi dapat memperbarui pengetahuan mereka dalam menggunakan dan membaca hasil pemeriksaan.
“Simak juga: Waspada Penipuan Telepon Menggunakan Suara AI: Ciri-Ciri dan Cara Mencegahnya”
Ajak Perempuan Indonesia untuk Deteksi Dini
GE Healthcare tidak hanya memfasilitasi Breast Screening Workshop pada 4-5 Oktober 2024 di IICC 2024, tetapi juga melakukan program skrining payudara. Targetnya adalah peserta dan panitia forum internasional tersebut.
Selain itu, GE Healthcare bekerja sama dengan Love Pink untuk menyediakan skrining USG payudara gratis bagi wanita di beberapa kota di Indonesia selama Oktober-November 2024, dengan target 500 wanita mengikuti skrining tersebut.