Swedish Consulate – Alergi telur adalah salah satu alergi makanan yang paling umum pada anak-anak, meskipun juga bisa terjadi pada orang dewasa. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menganggap protein dalam telur sebagai ancaman dan merespons dengan reaksi alergi.
Gejala Alergi Telur
Reaksi alergi telur dapat muncul segera setelah terpapar telur dan bervariasi pada setiap orang. Gejalanya meliputi:
- Peradangan kulit atau gatal-gatal: Reaksi alergi yang paling umum.
- Gejala pernapasan: Seperti hidung tersumbat, pilek, dan bersin (rinitis alergi).
- Gejala pencernaan: Termasuk kram, mual, dan muntah.
- Gejala asma: Seperti batuk, mengi, sesak dada, atau sesak napas.
Reaksi parah dapat menyebabkan anafilaksis, kondisi darurat yang membutuhkan suntikan epinefrin dan perawatan segera. Gejala anafilaksis meliputi:
- Penyempitan saluran napas atau pembengkakan tenggorokan yang menghambat pernapasan.
- Sakit perut, kram, atau mual parah.
- Denyut nadi cepat atau syok, yang menyebabkan pusing atau kehilangan kesadaran.
“Baca juga: Resmi, Kolaborasi Magic: The Gathering x Final Fantasy Diumumkan”
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko alergi telur antara lain:
- Dermatitis atopik: Anak-anak dengan kondisi kulit ini lebih rentan terhadap alergi makanan.
- Riwayat keluarga: Risiko lebih tinggi jika ada riwayat asma, alergi makanan, atau alergi lainnya di keluarga.
- Usia: Alergi lebih sering terjadi pada anak-anak dan cenderung berkurang seiring bertambahnya usia, saat sistem pencernaan menjadi lebih matang.
Komplikasi
Komplikasi utama alergi telur adalah reaksi alergi parah yang memerlukan epinefrin. Orang dengan alergi telur juga mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap:
- Alergi terhadap makanan lain seperti susu, kedelai, atau kacang.
- Alergi terhadap serbuk sari, bulu hewan peliharaan, atau debu.
- Asma dan dermatitis atopik.
“Simak juga: Kode Terbaru Untitled Boxing Game di Roblox: Klaim Sekarang!”
Pencegahan
Ada beberapa langkah untuk menghindari reaksi alergi dan mencegahnya bertambah parah, yaitu:
- Periksa label makanan dengan seksama untuk menghindari makanan yang mungkin mengandung telur, bahkan dalam jumlah kecil.
- Hati-hati saat makan di luar, karena telur mungkin digunakan dalam hidangan tanpa diketahui.
- Hindari telur bagi ibu menyusui jika anak menunjukkan reaksi telur, karena protein bisa terserap melalui ASI.
- Kenali sumber tersembunyi telur. Makanan yang tampak tidak mengandung telur, seperti permen, mayones, kue, atau puding, bisa saja mengandung protein telur.
Saat membaca label makanan, waspadai istilah seperti albumin, globulin, lesitin, lisozim, vitellin, atau kata-kata dengan awalan “ova” atau “ovo,” seperti ovalbumin dan ovoglobulin.