Swedish Consulate – Luka kronis adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian serius karena luka ini gagal sembuh melalui proses penyembuhan normal dalam waktu tiga bulan atau lebih. Luka semacam ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berpotensi menyebabkan komplikasi serius seperti amputasi, terutama pada penderita penyakit kronis seperti diabetes.
Menurut riset dari Etiology, Epidemiology and Disparities in the Burden of Diabetic Foot Ulcers di National Library of Medicine, sekitar 20% penderita luka diabetes memerlukan amputasi kaki, baik minor (di bawah pergelangan kaki) maupun mayor (di atas pergelangan kaki). Selain itu, diperkirakan 10% pasien akan meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis pertama luka diabetes. Infeksi terjadi pada sekitar 60% pasien dengan luka diabetes, dan sebagian besar memerlukan tindakan bedah. Sekitar 15-20% dari mereka akhirnya memerlukan amputasi.
Menurut Prof. Dr. David Sontani Perdanakusuma, Sp.BP-RE(K), Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, masalah utama pada luka yang sulit sembuh adalah adanya jaringan nekrotik, bakteri atau infeksi, serta eksudat (nanah) berlebih. “Selama masalah-masalah ini ada, penyembuhan tidak akan berjalan dengan baik,” ujarnya dalam acara media yang digelar oleh Kalbe di Jakarta. Kondisi ini menyebabkan perawatan menjadi lebih lama, biaya pengobatan meningkat, dan terganggunya fungsi sosial pasien.
Perawatan Luka yang Tepat
David menjelaskan bahwa penanganan yang tepat dapat mempercepat penyembuhan luka. Salah satu metode terkini adalah menggunakan secretome dan stem cell. Selain itu, metode modern seperti modern wound dressing (balutan luka modern) dan Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) dapat mempercepat proses penyembuhan dan mencegah luka menjadi lebih buruk.
Hal penting dalam perawatan luka, menurut David, adalah menjaga kondisi luka tetap lembap (moist). Ini adalah kunci untuk mempercepat proses penyembuhan. Pemilihan metode perawatan harus disesuaikan dengan kondisi luka. Untuk luka yang mengeluarkan banyak cairan (eksudat), penggunaan foam (busa) adalah pilihan yang tepat, karena foam dapat menyerap cairan berlebih sekaligus menjaga kelembapan optimal. Sedangkan untuk luka kering, penggunaan gel lebih dianjurkan karena membantu mempertahankan kelembapan yang dibutuhkan.
David juga merekomendasikan dressing yang mengandung silver untuk luka dengan infeksi bakteri, karena dapat menekan pertumbuhan bakteri dan mempercepat penyembuhan.
Kapan Harus ke Dokter?
Dr. dr. Dedy Pratama, Sp.B, Subsp.BVE(K), Sekretaris KSM Bedah RSCM, mengingatkan pentingnya mendeteksi luka sejak dini dan segera berkonsultasi dengan dokter jika luka tidak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. “Jangan menunda untuk berkonsultasi dengan dokter,” tegasnya. Terutama bagi penderita diabetes, luka kecil yang dibiarkan bisa berkembang menjadi masalah serius.
Gejala yang perlu diwaspadai antara lain luka yang mulai memerah, bengkak, atau mengeluarkan cairan nanah. Kondisi tersebut harus segera ditangani oleh tenaga medis untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. “Jika sudah muncul tanda-tanda seperti itu, segera datang ke fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut,” tambah Dedy.
Komitmen Kalbe Farma
PT Kalbe Farma Tbk juga berkomitmen dalam menangani penyakit diabetes di Indonesia, termasuk perawatan luka kronis. “Kalbe sangat peduli terhadap penanganan penyakit diabetes di Indonesia melalui Kalbe Diabetes Total Solution. Komplikasi diabetes dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti gagal ginjal, stroke, hingga luka yang sulit sembuh,” jelas dr. Selvinna, M. Biomed, Pharma Marketing Deputy Director PT Kalbe Farma Tbk.